fbpx

Rudy Agung Nugroho Dosen Biologi Aktif Berinovasi dan Meneliti Fisiologi Hewani

Fisiologi hewani
Rudy Agung Nugroho, M.Si., Ph.D (paling kanan) dosen Ilmu Biologi yang fokus meneliti Fisiologi Hewani, Fakultas MIPA, Universitas Mulawarman, Samarinda, ketika mengikuti short course di Jepang pada 2017 lalu. (Foto: Rudy).

Rudy Agung Nugroho, M.Si., Ph.D merupakan dosen di Universitas Mulawarman, Samarinda. Bidang Biologi dan concern pada Fisiologi Hewani menjadi pilihan ayah dua putri ini. Impiannya menjadi dosen muncul semenjak pertama Rudy menjadi asisten laboratorium di tahun 1994 di almamater S1 nya di Fakultas Biologi, (Sekarang Fakultas Teknobiologi), Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY).

”Berbagi ilmu, berbicara didepan orang banyak merupakan tantangan tersendiri. Di samping itu ada beberapa dosen yang menginspirasi saya untuk menjadi dosen. Yaitu dosen-dosen pembimbing S1 dan S2 saya, Drs. Sinung Pranati, M.Si., Dra. Yuniarti Aida, MP. dan Almarhum Prof drh MP Eddy Moeljono MSA Ph.D SH,” ujar Rudy.

Meski Rudy berasal dari keluarga yang tidak ada latar belakang sebagai pendidik, namun sang ayah Sam Sutedjo selalu mendorong Rudy dan kakak-kakak Rudy untuk dapat menjadi pendidik. ”Kakak pertama saya sekarang adalah seorang Guru SMP di Vanlith Jakarta. Sementara itu juga adanya dorongan semangat dari keluarga istri saya yang mempunyai latar belakang guru SMA 6 Solo dan dosen Teknik di Kimia UGM,” cerita suami dari Anna Sari Nugrahaning Widhi ini.

Sebelum menjadi dosen di FMIPA Universitas Mulawarman, Rudy juga pernah bekerja beberapa kali sebagai asisten laboratorium. Pernah juga bekerja di perusahaan PT. Vivamerindo di Jakarta, yang bergerak di bidang suplemen makanan sebagai ahli gizi. Memiliki pengalaman yang cukup di dunia kerja, semakin memantapkan langkah Rudy untuk berkarir sebagai dosen. Persiapannya semakin dimatangkan dengan mendaftar program beasiswa S2.

Pada tahun 1999 Rudy menerima beasiswa DUE LIKE yang merupakan program dari Dikti. Beasiswa tersebut membawanya untuk melanjutkan jenjang S2 di Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Usai lulus S2 pada tahun 2001, Rudy terbang dari Yogyakarta ke Samarinda untuk memulai karir sebagai dosen di Program Studi (Prodi) Biologi, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Mulawarman. Dalam menempuh karir dosen, Rudy mengaku tidak ada kendala yang berarti. Namun tidak juga tidak ada hambatan-hambatan yang ia temui.

”Tentang serdos, saya termasuk terlambat dalam mengurus serdos dikarenakan ada peraturan-peraturan baru. Namun dengan dijalani, akhirnya saya mendapatkan serdos pada tahun 2015,” ungkap Rudy lega.

Rudy mengungkapkan, menyukai bidang biologi memang menjadi pilihan Rudy semenjak SMA, meskipun belum sepenuhnya mencintai bidang tersebut. Ketika masuk kuliah S1, bidang biologi juga menjadi pilihan terakhir setelah teknik. ”Pada akhirnya kembali juga ke bidang biologi. Dengan adanya inspirasi dari dosen-dosen pengajar waktu S1, saya makin mencintai bidang biologi,” tuturnya.

Ketertarikannya pada bidang biologi pun ia fokuskan pada dunia hewan yang ia mulai saat menempuh pendidikan S1. Baginya, mempelajari fisiologi hewani menjadi sangat mudah, karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Penerapannya dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

”Yang menjadi concern fisiologi hewani, khususnya fisiologi ikan termasuk didalamnya fisiologi pertumbuhan, imunitas. Dan tertarik pada ikan, karena di Samarinda dan wilayah Kalimantan keberadaan ikan sangatlah melimpah dan perlu mendapatkan pendekatan saintis,” paparnya.

Riset dan Inovasi

Pemilik bidang keahlian Biologi, Akuakultur, Nutrisi Ikan dan Fisiologi Ikan ini, tengah melaksanakan beberapa penelitian. Di antaranya melanjutkan riset hibah dikti tahun kedua, riset mandiri dengan mahasiswa, dan pengabdian masyarakat. Untuk riset hibah dikti tahun kedua, Rudy meriset tentang pemanfaatan tanaman sarang semut untuk keperluan imunitas ikan. Penelitian yang ia mulai pada 2017 lalu ini bertujuan mengkaji kandungan fitokimia aktif yang ada di sarang semut, untuk keperluan peningkatan imunitas ikan terutama pada ikan yang terserang bakteri.

Rudy Agung Nugroho, M.Si., Ph.D melakukan supervising riset mahasiswa dari Jepang. (Foto: Rudy)

”Saat ini masih dikaji dari aspek fisiologi lain. Belum di Haki-kan karena masih ada beberapa pengujian yang harus dilakukan. Secara tradisional, petani atau pembudidaya ikan terutama pembudidaya ikan hias telah menggunakan. Namun dosis tepat dan cara pemakaian serta efek yang ditimbulkan belum ada hal pasti dan informasi yang valid dari sisi saintis,” jelasnya.

Rudy menjelaskan, ia juga melakukan riset mandiri dengan mahasiswa terkait tanaman obat, pertumbuhan dan imunitas hewan uji. Yaitu dengan daun Ketapang Hijau (yang pernah didanai Dikti selama dua tahun) dan Coklat Gugur. Saat ini ia dan mahasiswanya sedang mengkaji fungsi dari daun ketapang tersebut sebagai bahan dasar salep untuk luka sayat. Di samping itu juga manfaat lain untuk obesitas, antidiabetik, dan uji toksisitasnya.

Latar belakang  Rudy melakukan riset tersebut karena keberadaan daun Ketapang sangat melimpah di Samarinda dan belum termanfaatkan dengan baik. Selain itu daun Ketapang mempunyai kandungan fitokimia yang melimpah dan bermanfaat. Dan kini, Universitas Mulawarman merupakan Universitas berbasis ”Tropical Studies”. Universitas Mulawarman juga mempunyai Pusat Unggulan Inovasi obat dan kosmetik berbasis tanaman tropis.

”Dari penelitian tersebut, dapat menghasilkan inovasi produk berupa salep luka sayat dan produk tanaman obat siap pakai untuk diminum yang bermanfaat untuk kesehatan. Ini juga belum di Haki-kan karena masih dalam proses pengujian-pengujian yang lain ditingkat molekuler dan toksisitas serta alergi,” terangnya.

Sebagai seorang dosen, Rudy juga melaksanakan pengabdian masyarakat. Di antaranya, pembekalan teknik pemijahan buatan ikan patin, penerapan mesin pengasap ikan bagi nelayan di Sungai Suwi Kutai Timur, dan peningkatan keterampilan laboratorium khususnya pengetahuan biologi molekuler bagi guru-guru SMA di wilayah Samarinda dan Tenggarong.

Pengabdian desa wisata hidroponik. (Foto: Rudy)

Dinamika Menjadi Dosen

Bagi anggota dewan Sumber Daya Air wilayah Kalimantan Timur ini keinginan yang ingin dicapai saat menjadi dosen yang ideal. Sebagai dosen mempunyai tugas tridharma, dan keinginan yang ingin Rudy capai adalah berkarya semaksimal mungkin diketiga bidang tersebut.

”Cita-cita saya semenjak S1 memang ingin menjadi dosen ideal. Menjadi dosen memang telah tercapai, namun menjadi dosen yang ideal belum tercapai, perjalanan masih panjang untuk dapat mengabdi kepada bangsa dan negara, serta masyarakat dalam bentuk tridharma perguruan tinggi,” jelasnya.

Rudi melanjutkan, menjadi dosen ideal tentunya jangan pernah merasa cukup dengan keilmuan yang dimiliki. Demi mewujudkan cita-citanya sebagai dosen ideal itu, Rudi memutuskan untuk kembali lanjut menempuh pendidikan. ”Kembali pada tahun 2018,  saya mendapat beasiswa studi ke luar negeri dari Dikti untuk jenjang S3 di Faculty of Science and Engineering, Curtin University, Perth, Western Australia. Selesai pada tahun 2014, kemudian kembali mengabdi di Tempat yang sama hingga saat ini,” kisahnya.

Dibalik langkah kuat Rudy dalam menempuh pendidikan tersebut salah satu latar belakangnya adalah adanya sosok yang menginspirasi dirinya. Yaitu pembimbing S3-nya, Prof Ravi Fotedar, MBA, PhD, M.Phil, MSc, BSc (honours). ”Beliau yang menginspirasi saya menjadi dosen yang ideal, dosen yang harus senantiasa melakukan riset dan wajib menulis artikel jurnal dan buku. Pembimbing mengajari saya bagaimana membuka “jendela dunia” dengan menulis artikel jurnal ilmiah bereputasi dan mengajarkan untuk bersosialisasi dengan berbagai lapisan masyarakat,” beber Rudy.

Bagi Rudy dosen yang baik adalah dosen yang bekerja sesuai aturan, berinovasi, berpikiran maju dan mengikuti perkembangan. Tak hanya itu, tetapi juga selalu update keilmuan baik melalui riset, konferensi-konferensi atau pertemuan ilmiah.

Ketika ditanya duniadosen.com tentang suka duka sebagai dosen, Rudy menuturkan lebih banyak sukanya. Selain bertemu dengan mahasiswa yang berganti setiap tahun, juga lebih mengenal banyak orang pada saat pengabdian kepada masyarakat. Adapun duka, Rudy mengatakan ketika artikel ilmiah di “reject” di jurnal internasional bereputasi. Disitulah Rudy merasakan duka.

”Pengalaman berkesan sebagai dosen adalah ketika mendapat kesempatan short course ke luar negeri ke India, Australia, dan Jepang selama beberapa pekan. Bertemu dengan banyak orang dengan kultur dan budaya yang berbeda merupakan pengalaman yang sangat berharga dan berkesan,” tuturnya.

Rudy menjelaskan, dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 ini, dosen harus mampu membekali diri dengan berbagai keterampilan yang dibutuhkan di era tersebut. Era yang disebut sebagai internet of people, era big data, menjadi tantangan tersendiri bagi dosen sebagai pengajar. Agar model mengajar tidak memakai model klasik, namun mengikuti perkembangan era tersebut. Dosen harus bergerak cepat untuk berjalan bersama dengan arah era revolusi industri 4 tersebut.

Rudy menambahkan, strategi dalam menghadapi era tersebut adalah berkolaborasi dan menjalin kerjasama, baik dibidang riset, pengajaran maupun yang lain. Karena permasalahan – permasalahan yang muncul di era sekarang ini hanya bisa diselesaikan melalui pendekatan berbagai bidang ilmu (multidisplin ilmu), untuk itu perlunya kerjasama dan wajib dilakukan.

Cara Mengajar

Di era saat ini, Rudy berpendapat diperlukannya perubahan dalam cara mengajar. Internet based learning, pemanfaatan multimedia, dan software-software digunakan dalam memaksimalkan proses belajar mengajar era sekarang. Dan Rudy pun menyebut memiliki mahasiswa millenials adalah sebagai keuntungan yang besar.

Di era people of internet, mahasiswa millenials yang tidak gagap teknologi sangat dibutuhkan. Perlu kemampuan dosen untuk mengarahkannya ke hal positif terkait dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. Sebaliknya, justru menjadi kendala yang sangat berarti jika punya mahasiswa hidup di era millenials namun gagap dengan teknologi informasi dan komunikasi.

Bersama mahasiswa Univ. Mulawarman di grup riset laboratorium. (Foto: Rudy)

”Sistem pengajaran dosen harus diubah mengikuti perubahan era. Di era internet of people, metode pengajaran satu arah sudah tidak relevan. Sistem pengajaran juga tidak hanya berbasis teori tapi juga mengajarkan mahasiswa untuk berjiwa enterpreneurship,” kata Kepala Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas Sains Universitas Mulawarman ini.

Dalam mengajar Rudy selalu menggunakan teknik berdiskusi dengan mahasiswa, melempar pertanyaan saat kuliah, menggali jawaban bersama dari suatu pokok permasalahan dari materi yang sedang disampaikan, menggunakan sarana multimedia untuk penyampaian materi. Rudy juga mempunyai kedekatan dengan mahasiswa, baik dalam kegiatan pengajaran, riset namun juga aktivitas harian. ”Ngobrol santai dan diskusi ringan di luar kegiatan pengajaran, itu juga saya terapkan,” tambahnya.

Dosen Perlu Produktif Menulis

Selain disibukkan dengan kegiatan mengajara dan meneliti, saat ini Rudy juga tengah membuat draft buku baik yang ia tulis sendiri maupun ditulis bersama-sama. Yaitu dengan kolega dosen serta dengan mahasiswa yang mulai saya ajarkan untuk menulis.

”Dunia dosen harusnya tidak terpisah di bidang penulisan. Apalagi undang-undang No. 12 tahun 2012 ayat 3 jelas menyebutkan bahwa dosen secara perorangan atau kelompok wajib menulis buku ajar atau buku teks,” jelas Rudy yang mengakui memiliki kemampuan menulis sejak menempuh pendidikan S3.

Dengan hal tersebut menurutnya menjadi menarik, dosen harus punya keterampilan menulis. Karena kristalisasi dari keilmuannya dan dituangkan dalam bentuk tulisan berupa buku.

Menurut Rudy, penghargaan bagi dosen menurutnya penting dilakukan. Penghargaan untuk tiap prestasi dosen perlu dilakukan untuk menstimulasi dosen agar semakin berkarya. Dan prestasi tertinggi dalam hidup, menurut Rudy adalah ketika memiliki banyak mantan anak didik (mahasiswa) yang sukses dalam bekerja, berkarier, dan berwirausaha. ”Disitulah saya mempunyai prestasi yang tertinggi. Dengan keberhasilan tersebut, itulah cermin dari prestasi tertinggi saya,” ujarnya.

Menurut Rudy sukses adalah sesuatu yang relatif untuk tiap orang dan sifatnya berkelanjutan. Sukses dapat diartikan secara menyeluruh dan “conditional”. ”Sebagai contoh, ketika saya mendaftar sebagai dosen dan diterima, maka saya menganggap telah sukses diterima sebagai dosen. Namun belum sukses dalam menjalankan tugas-tugas, karena belum mendapat capaian-capaian yang terukur. Sehingga, sukses menurut saya adalah “continuously achievements”, capaian-capaian yang berkelanjutan,” terang Rudy.

“Susah tapi bisa diraih”, hidup ini makin susah, namun bukan berarti tidak bisa, sepanjang semua dilakukan, dikerjakan dan dilandasi dengan doa, akan bisa diraih, diselesaikan dan didapat. Begitulah motivasi dosen biologi yang juga memiliki motto hidup: ”Hidup akan menjadi lebih berarti jika berguna bagi diri sendiri dan orang-orang sekitar”.

Rudy berharap, Universitas Mulawarman agar lebih memberikan reward kepada dosen-dosen yang mempunyai prestasi. Yang perlu ditingkatkan, pelayanan publik, alat-alat laboratorium penunjang pendidian dan penelitian, sistem layanan akademik terintegrasi. ”Yang perlu diperbaiki, sistem akademik terintegrasi berbasis web yang dapat diakses darimanapun dan stabil,” pungkasnya. (duniadosen.com/ta)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RELATED POST

DOWNLOAD EBOOK GRATIS
⚠️Hanya Bisa Didownload Selama Ramadan

about

Get Started

Hubungi kami

Jl. Rajawali, Gg. Elang 6, No.2 Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I.Yogyakarta 55581

Email : [email protected]

Telpon : 081362311132

Duniadosen.com © 2020 All rights reserved

Dibuat dengan ❤ di Jogja