fbpx

Jadi Dosen dan Peneliti, Anung Wahyudi Gagas Program Teaching Farm

dosen dan peneliti
Anung Wahyudi, S.P., M.Sc., Ph.D., mendampingi mahasiswanya mengecek tanaman hasil breeding. (Sumber: facebook Anung Wahyudi)

Anung Wahyudi, S.P., M.Sc., Ph.D., merupakan dosen yang fokus pada bidang pemuliaan tanaman “plant breeding” di Politeknik Negeri Lampung. Tak hanya jadi dosen dan peneliti tetapi Anung menggagas program Teaching Farm, sebagai sarana pembelajaran berupa laboratorium yang didesain khusus dengan proses produksi industri.

Konsep Teaching Farm

Konsep teaching farm merupakan kombinasi antara pelaku bisnis dan akademisi, karena memberikan tempat bagi keduanya untuk berkolaborasi. Dalam pengembangannya, dosen dan peneliti ini juga mengajak para petani lokal untuk belajar dan terlibat.

Lebih lanjut Anung menjelaskan, konsep Teaching Farm adalah pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi. Karakteristik program pendidikan tinggi vokasi menitik beratkan pada learning outcome hasil penjabaran dari KKNI, sehingga program pendidikan tinggi vokasi diharapkan mampu menghasilkan keahlian terapan yang didukung oleh keilmuan.

Proses pendidikan yang diterapkan tentunya mengedepankan hands on experience (praktik) dengan melibatkan kegiatan di laboratorium, bengkel kerja, teaching factory/farm serta industri.

Seed Teaching Farm (Stefa) Politeknik Negeri Lampung

Teaching Farm merupakan salah satu program yang digagas oleh peraih gelar PhD bidang Bioscience-Molecular Plant Breeding, Shizuoka University, Japan. Dosen dan peneliti bidang pertanian ini mengemas Teaching Farm tersebut sebagai program Edukasi, Riset, Inovasi dan Produksi Benih Hibrida Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Anung yang juga sempat menempuh pendidikan S3 di UGSAS, Gifu University, Jepang tersebut memaparkan, paradigma Teaching Farm atau Teaching Factory adalah penggabungan antara pendidikan/kampus dan pabrik/manufaktur dengan penerapan pendidikan, riset dan inovasi yang berlandaskan ilmu pengetahuan.

Sebagai Jalur Komunikasi Ilmu Pengetahuan

Teaching Farm sabagai jalur komunikasi ilmu pengetahuan dengan harapan mampu menyelesaikan masalah dengan realisasi produk/jasa, menuangkan gagasan di dunia pendidikan dalam produk/jasa, menggabungkan proses pembelajaran dengan produksi, menyesuaikan materi pembelajaran dengan kebutuhan wilayah, serta belajar bekerja secara team work.

“Adanya Teaching Farm di Politeknik diharapkan mampu menunjang pendidikan yang ada serta mampu menghasilkan lulusan yang siap kerja. Penerapan program Teaching Farm di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA) dikembangkan di tingkat program studi. Salah satu program studi yang menerapkan program tersebut adalah Program Studi D4-Teknologi Perbenihan dengan Seed Teaching Farm (STeFa),” terangnya.

dosen dan peneliti
Anung Wahyudi, S.P., M.Sc., Ph.D., memperlihatkan buah semangka berbentuk unik hasil menanam bibit breedingnya. (Sumber: facebook Anung Wahyudi)

Terdiri dari Kegiatan Riset/Penelitian

Program Seed Teaching Farm yang dikembangkan oleh Program Studi D4-Teknologi Perbenihan POLINELA meliputi kegiatan riset/penelitian khususnya kegiatan pemuliaan/perakitan varietas hibrida, sarana penunjang praktikum dan tugas akhir mahasiswa, sarana pengembangan inovasi bagi dosen dan mahasiswa.

Produksi benih hibrida kerjasama dengan industri perbenihan nasional, sarana pelatihan bagi masyarakat khususnya petani, sarana kunjungan/edukasi bagi siswa SD, SMP, SMA/SMK untuk lebih mengenal teknologi benih tanaman pangan dan hortikultura, serta sarana wisata pertanian bagi masyarakat.

Manfaat Program

Manfaat program Seed Teaching Farm adalah untuk meningkatkan mutu lulusan (pengetahuan dan kompetensi), meningkatkan sarana/prasarana pembelajaran (kuliah dan praktik), sebagai sarana pelatihan teknologi perbenihan bagi petani maupun pihak lain yang membutuhkan (seed techno & edu park) serta diharapkan mampu meningkatkan akreditasi program studi dan institusi.

Mendukung Kesejahteraan Petani Indonesia

Anung terinspirasi petani di Jepang karena petani di sana punya asosiasi dan hal itu perlahan ingin ditularkan pada petani di Indonesia. Di Jepang, satu asosiasi petani A hanya menanam padi grade A, asosiasi petani B khusus menanam padi grade B, karena itu akan memudahkan pemerintah mendeteksi ketika ada kesalahan di dalam produk jadi.

Menurut peraih beasiswa Ristekdikti (BPPLN) di Shizuoka University Jepang ini, petani di Indonesia yang terpenting memiliki jaringan luas. Sistem logistik Indonesia perlu diperbaiki serta punya varietas unggul untuk bantu petani. Kearifan lokal juga harus dipikirkan. Anung pun mengajak petani setempat untuk menanam holtikultura, buah, bunga, dan sayur.

Anung menekankan, petani harus mempelajari mengapa tanamannya mati, layu, itu pula yang diajarkannya pada petani setempat agar memahami konsep bertani yang cerdas. Hasilnya pun jangan hanya dijual di pasar, tetapi dijual secara online atau yang menyasar pasar kalangan menengah atas. Misalnya dari hasil bertanam semangka atau melon dengan bentuk hati, tentu dengan bentuk yang langka dan unik tersebut akan menaikkan harga produk buahnya.

Pesan untuk Generasi Muda

Anung berharap, ketika ada alumni pertanian tetapi tidak seneng pertanian, maka harus dididik dengan ilmu dan teknologi yang modern. Dan mereka diperkenalkan, berkarya, serta difasilitasi. Jadilah anak muda Indonesia yang menjadi agent of change yang membawa perubahan sekecil apapun di lingkungan kecil maupun besar, punya mimpi serta amanah.

 

Sumber:

up2ai.polinela.ac.id

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RELATED POST

Naikkan Angka Kredit Anda dengan Menulis Buku
[DOWNLOAD GRATIS]

about

Get Started

Hubungi kami

Jl. Rajawali, Gg. Elang 6, No.2 Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I.Yogyakarta 55581

Email : [email protected]

Telpon : 081362311132