fbpx

Prof Erma Suryani Resmi Dikukuhkan Menjadi Guru Besar di Bidang Model Driven Decision Support Systems

erma suryani

Prof Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D. Institut Teknologi Sepuluh NOpember (ITS) terus berupaya untuk meningkatkan jumlah Guru Besar di dalam institusinya. Pada Rabu (31/3/2021) ITS kembali mengukuhkan tidak hanya satu melainkan sampai 10 Guru Besar baru. Salah satunya adalah Prof. Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D.,

Prof Erma Suryani resmi dikukuhkan menjadi Guru Besar untuk bidang Model Driven Decision Support System. Upacara pengukuhan beliau sebagai Guru Besar dilakukan secara luring bersama dengan 9 (sembilan) Guru Besar baru lain di ITS. 

Model Driven Decision Support System 

ITS terhitung sejak akhir Maret 2021 resmi memiliki 10 Profesor atau Guru Besar baru yang berasal dari berbagai bidang. Upacara pengukuhan dilakukan secara luring (luar jaringan / offline) dan disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube resmi milik ITS. 

Diantara 10 Guru Besar baru tersebut, salah satunya adalah Prof. Erma Suryani, yang menjadi Guru Besar di bidang Model Driven Decision Support System. Dalam upacara pengukuhannya menjadi Guru Besar, Prof. Erma menjelaskan sedikit mengenai hasil penelitian tersebut. 

Adapun yang dimaksud dengan Model Driven Decision Support System (Sistem Pendukung Keputusan Berbasis Model) adalah suatu sistem yang dibangun untuk mendukung proses pengambilan keputusan dengan menggunakan basis berupa model. Melalui sistem ini bisa ditemukan berbagai solusi dari sejumlah masalah di tengah masyarakat. 

Sistem pendukung keputusan yang berbasis model memiliki fokus utama terhadap akses untuk memanipulasi model simulasi yang outputnya dijadikan dasar dalam mengambil keputusan. Sehingga model yang dibentuk atau digunakan akan memberi output dan kemudian bisa dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang solutif. 

Melalui orasinya, Prof Erma Suryani menjelaskan bahwa proses memodelkan Driven Decision Support System akan membantu meningkatkan kinerja sistem transportasi dan juga meningkatkan hasil industri pertanian.  

Baca Juga: Amin Sadiqin: Menjadi Dosen Itu Harus Selalu Upgrade Biar Up To Date

Prof Erma Suryani menjelaskan bahwa sistem transportasi di Indonesia masih belum mampu mengikuti peningkatan jumlah pengguna kendaraan. Pertambahan jumlah penduduk ikut meningkatkan jumlah penggunaan kendaraan, terutama kendaraan bermotor yang mencapai 10% setiap tahunnya. 

Sementara itu, perkembangan pembangunan jalan baru di lalu lintas Indonesia masih terbilang lambat. Yakni hanya sebesar 0.05% per tahun yang tentu tertinggal jauh dengan jumlah pertumbuhan pengguna kendaraan bermotor. Kondisi ini jika dibiarkan terlalu lama sudah tentu akan memunculkan masalah kompleks. 

Paling utama adalah memunculkan kemacetan serius, seperti yang terjadi di sejumlah kota besar di Indonesia misalnya di Jakarta. Dimana di Jakarta nyaris tanpa hari tanpa kemacetan, karena memang jumlah pengguna kendaraan bermotor terus meningkat. Namun, tidak sejalan dengan pembangunan jalan baru untuk memfasilitasi lalu lintas kenaikan jumlah pengendara sepeda motor. 

Berangkat dari masalah tersebut, Prof Erma Suryani dari Departemen Sistem Informasi mengusulkan perencanaan transportasi yang terintegrasi untuk mitigasi kemacetan, meningkatkan mobilitas, dan meningkatkan safety (keamanan) pada sistem transportasi menggunakan model Driven Decision Support System dan juga teknologi informasi untuk mendukung penerapannya (implementasi).

Baca Juga: Dr. Sukatin: Membaca dan Menulis adalah Kegiatan yang Harus Disukai Dosen

Penerapan MDDSS tersebut di dalam sistem lalu lintas dan didukung oleh teknologi informasi yang sesuai akan memberi efek positif yang signifikan. Prof. Erma kemudian menyampaikan tiga skenario pasca implementasinya. Yaitu: 

  • Kemacetan lalu lintas diproyeksi akan berkurang antara 61%  sampai 71%, ketika didukung juga dengan perbaikan manajemen lalu lintas, kontrol rute, sekaligus manajemen permintaan jalan. 
  • Kinerja mobilitas diproyeksikan akan mengalami peningkatan setidaknya sampai 7% sebab mengalami peningkatan dalam kinerja waktu, berhubung akses lalu lintas menjadi lancar sehingga waktu tempuh perjalanan menjadi lebih cepat dari biasanya. 
  • Keselamatan pengguna jalan diproyeksikan juga akan mengalami peningkatan. Pada tahun 2020, keselamatan pengguna di angka 84,68% dan setelah MDDSS ini diterapkan maka akan meningkat menjadi 94,47% di tahun 2040 mendatang. Peningkatan keselamatn ini terjadi karena terjadi penurunan pelanggaran lalu lintas, penurunan jumlah gangguan di jalan raya, dan juga meningkatnya keterampilan mengemudi bagi pemilik kendaraan. 

Dijelaskan pula mengenai penggunaan dua jenis aplikasi untuk membantu mencapai tiga skenario tersebut. Yaitu: 

  1. Aplikasi INTRAVTAS

Aplikasi pertama adalah Aplikasi INTRAVTAS yang merupakan aplikasi mobile untuk memonitor ketersediaan angkutan umum di lalu lintas. Aplikasi ini juga memiliki kemampuan untuk membantu memberikan navigasi di lalu lintas. 

  1. Aplikasi ATMS (Advanced Traveler Management System)

Kedua, adalah aplikasi ATMS yang merupakan aplikasi mobile untuk memberikan fasilitas vehicle warning system. Sehingga bisa memberi informasi mengenai kondisi lalu lintas sebelum pengendara melakukan perjalanan. Selain itu, aplikasi ini juga tersedia fasilitas untuk memudahkan kegiatan traveling. 

Mencakup informasi mengenai ketersediaan atau keberadaan angkutan umum, navigasi perjalanan, supermarket, fasilitas umum, dan juga informasi mengenai tempat wisata di lokasi tempat pengguna aplikasi berada. 

Baca Juga: Dekan FEB Universitas Pancasakti (UPS) Mencermati Pengaruh Fenomena Influencer Saham pada Investor Millenial

Tak Hanya untuk Sistem Transportasi 

MDDSS atau Model Driven Decision Support System kemudian disampaikan Prof Erma Suryani tak hanya bisa digunakan untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas. Namun juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai rantai pasok pangan (beras) dalam industri pertanian. 

Prof. Erma juga menjelaskan bahwa penerapan MDDSS dalam industri pertanian akan mencakup peningkatan pada 3 (tiga) hal. Yaitu: 

  • Peningkatan produktivitas. 
  • Peningkatan produksi, dan juga  
  • Peningkatan daya saing nilai rantai pasok pangan, yakni mencakup peningkatan harga komoditi beras yang kompetitif sekaligus membantu meningkatkan pendapatan para petani. 

Implementasi MDDSS terhadap industri pertanian diproyeksikan akan membantu memberikan peningkatan produktivitas mencapai 6,8 ton/ha di tahun 2036 mendatang. Sedangkan untuk produksi beras sendiri diproyeksikan akan meningkat sampai 4$ per tahun. 

Peningkatan produksi beras didorong oleh ketepatan dalam menghitung umur padi, konfigurasi ulang mesin giling, dan juga teknologi pelunakan aeron. Penurunan harga beras sampai di tangan konsumen diproyeksikan juga akan terjadi. Diperkirakan harga menjadi Rp 22.000/kg di tahun 2036. 

Padahal, perhitungan harga akhir beras di tangan konsumen di tahun 2036 sebelum diimplementasikan MDDSS ini adalah Rp 22.200/kg. Selisih harga ini akan membantu meningkatkan harga beras yang lebih kompetitif dari pihak petani. Sehingga akan ikut membantu juga untuk meningkatkan penghasilan petani atas penjualan hasil panen. 

Jika pada sistem lalu lintas melalui MDDSS diperkenalkan dua aplikasi, maka di sistem industri pertanian oleh Prof. Erma dijelaskan ada setidaknya 4 (empat) aplikasi yang akan digunakan. Yaitu: 

  • Mobile Web. LOG.IS (memberi fasilitas untuk mengakses informasi logistik pangan dan proses transaksi jual beli logistik pangan tersebut secara online). 
  • Mobile Web BUPERDAS (memberi fasilitas untuk melaksanakan kegiatan pertanian yang cerdas). 
  • Mobile Web DIRRAS (memberi informasi mengenai segala hal yang diperlukan untuk meminimalkan resiko kegagalan dalam proses pertanian dan panen). 
  • Mobile Web AGRIMA (memberikan informasi mengenai segala hal yang diperlukan untuk memasarkan produk pertanian). 

Proses Pengajuan Guru Besar Selama 4 Tahun 

Resmi menjadi Guru Besar merupakan salah satu mimpi dari Prof. Erma yang terwujud diantara beberapa mimpi yang lainnya. Diakuinya proses untuk mengajukan diri membutuhkan waktu panjang. Beliau mengaku mulai melakukan persiapan selama empat tahun, dan di tahun 2021 kemudian resmi menjadi Guru Besar. 

Guru Besar menjadi puncak dari jabatan akademik, ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi seorang dosen untuk bisa mengajukan diri. Prof. Erma menjelaskan bahwa tantangan terberat untuk memenuhi syarat adalah mempublikasikan jurnal internasional bereputasi. 

Proses untuk melakukan penelitian, kemudian menyusun laporannya menjadi artikel, dan diterbitkan dalam bentuk jurnal memakan waktu tidak sedikit. Apalagi untuk bisa menjadi jurnal yang terpublikasi secara internasional dan bereputasi. Dimana jurnal tersebut masuk ke dalam database bereputasi juga. 

Selain itu, jumlah jurnal yang wajib diterbitkan secara internasional tidak hanya satu melainkan ada empat. Tentu bisa dibayangkan sendiri berbagai tantangan atau kendala untuk bisa memenuhi persyaratan tersebut. Namun, bukan berarti persyaratan lain terbilang mudah. Pada dasarnya sulit, meskipun tingkat kesulitannya tidak seberat publikasi jurnal internasional bereputasi. 

Baca Juga: Rika Nugraha, Menjadi Dosen untuk Melestarikan Budaya Lokal Kuningan

Pemacu semangat Prof. Erma untuk terus berjuang memenuhi kualifikasi untuk pengajuan diri sebagai Guru Besar adalah berbagai kesempatan akademik yang bisa didapatkan. Guru Besar tidak hanya menjadi jabatan akademik tertinggi dan merupakan jabatan prestisius di kalangan dosen. 

Akan tetapi juga menjadi jembatan untuk bisa mendapatkan berbagai peluang akademik. Misalnya kesempatan untuk bisa mendapatkan dana hibah penelitian. Sehingga dosen yang bersangkutan bisa terbantu untuk terus melakukan penelitian dan mempublikasikan hasil penelitian dalam bentuk buku maupun jurnal nasional dan internasional. 

Menjadi Guru Besar juga membuka peluang untuk bisa mengajar mahasiswa di tingkat Magister dan Doktor. Sehingga bisa terus mengamalkan ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada calon-calon dosen berprestasi di tanah air dan masyarakat luas. Selain itu, masih banyak juga peluang akademik lain yang bisa diraih. 

Proses pengajuan diri menjadi Guru Besar yang dilalui oleh Prof. Erma tentu sama persis dengan yang dilalui dosen lain di PTN (Perguruan Tinggi Negeri). Prosedurnya jelas yakni dilakukan penilaian oleh Departemen masing-masing dosen. Baru kemudian dilanjutkan penilaiannya ke tingkat fakultas dan disusul ke senat perguruan tinggi. 

Apabila hasil penilaian dari senat dinyatakan lolos, maka berkas pengajuan akan diajukan ke Dikti untuk dilakukan proses review. Proses ini tentunya perlu didahului dengan menyiapkan segala persyaratan yang dibutuhkan. Mulai dari persiapan angka kredit dosen dan publikasi jurnal internasional bereputasi. 

Proses dengan banyak tahapan ini penting, karena tidak sembarang dosen bisa menjadi Guru Besar. Proses yang dilalui sulit, karena setiap syaratnya sendiri dibutuhkan perjuangan untuk bisa diraih oleh dosen yang bersangkutan. Namun, meskipun sulit dijamin bisa. Sebab jika sangat sulit sampai mustahil diraih, kenapa masih ada Guru Besar yang dilantik? 

Hal ini kemudian membuktikan, bahwa setiap dosen memiliki kesempatan sama besar untuk bisa menjadi Guru Besar. Harus memiliki tekad yang kuat dan niat menjadi Guru Besar sejak awal meniti karir sebagai dosen. Sehingga punya persiapan matang, karena semua persiapan dan pencapaian untuk mengajukan diri perlu dilakukan sejak awal karir. 

Meningkatkan Implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi 

Usai dikukuhkan menjadi salah satu Guru Besar di UNS, Prof. Erma kemudian masih memiliki sejumlah target yang ingin dicapai dalam waktu dekat. Namun, beliau menegaskan bahwa fokus utamanya adalah tetap meningkatkan implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. 

Mencakup tugas dosen dalam kegiatan mendidik, meneliti, dan juga menjalankan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Sebab meskipun sudah mencapai jabatan akademik tertinggi, tugas dan kewajiban sebagai dosen terus berjalan. Tidak ada yang berkurang, karena dosen sepanjang karirnya memang memiliki peluang dan tuntutan untuk terus mengembangkan diri. 

Tetap disiplin dalam mengajar, untuk bisa mencerdaskan generasi muda yang berprestasi dan membanggakan bangsa Indonesia. Selain itu juga tetap disiplin dalam menjalankan kegiatan penelitian. Tak hanya sampai pada implementasi MDDSS yang mengantarkan beliau menjadi Guru Besar. 

Akan tetapi juga melakukan penelitian lain dengan unsur kebaruan yang berharga demi kemajuan IPTEK di tanah air. Hal serupa juga berlaku untuk tugas mengabdi kepada masyarakat. Diharapkan akan ada lebih banyak pengabdian bisa diberikan kepada masyarakat sebagai implementasi atas ilmu yang dimiliki agar masalah yang dihadapi masyarakat terus menemukan solusi terbaik. 

Tips Mempersiapkan Diri Mencapai Guru Besar 

Prof Erma Suryani kemudian menyampaikan tips bagi rekan-rekan sesama dosen untuk bisa mempersiapkan diri dengan baik menjadi Guru Besar. Dijelaskan beliau, bahwa untuk memudahkan proses pengajuan diri menjadi Guru Besar perlu memperbanyak publikasi jurnal internasional bereputasi. 

Sebab, publikasi jurnal internasional bereputasi menjadi syarat khusus yang harus dipenuhi setiap dosen yang akan mengajukan diri menjadi Guru Besar. Proses untuk mempublikasikan jurnal internasional tentu sangat panjang. Sebab naskah artikel ilmiah yang dikirimkan ke penerbit akan dicek oleh reviewer sampai beberapa bulan. 

Kebanyakan memerlukan waktu review antara tiga sampai enam bulan, sehingga untuk rutin melakukan publikasi minimal satu artikel ilmiah dalam satu jurnal internasional. Padahal untuk menyusun artikel ilmiah perlu didahului dengan kegiatan penelitian. Atau bisa juga dengan menyusun artikel ilmiah dengan menggunakan referensi jurnal dan artikel ilmiah lain untuk diteliti ulang. 

Namun yang pasti, prosesnya panjang. Selain itu, publikasi jurnal internasional juga tidak semudah membalikan telapak tangan untuk bisa masuk database bereputasi. Dosen perlu bekerja keras untuk bisa mempublikasikan jurnal internasional bereputasi. Sekaligus membutuhkan kesabaran ekstra, sehingga hasil publikasinya diakui. 

Selain itu, untuk membantu mempersiapkan diri lebih baik lagi. Sebaiknya setiap dosen sudah memiliki mimpi dan keinginan menjadi Guru Besar sejak awal meniti karir. Sehingga setiap dosen kemudian memiliki strategi karir yang mendukung. Sebab persyaratan menjadi Guru Besar sudah dimulai sejak awal karir. 

Jika selama awal karir cenderung santai dan mencoba mengikuti arus begitu saja, maka akan sulit diraih. Padahal, calon Guru Besar tentu memiliki batasan tertentu untuk bisa mengajukan diri. Misalnya terkait dengan dana, sebab Guru Besar memiliki kewajiban untuk memiliki ijazah S3. 

Selain mengandalkan program beasiswa, ada kalanya pendidikan S3 diraih dengan dana pribadi. Belum lagi dengan kebutuhan dana untuk melaksanakan kegiatan penelitian. Bisa jadi dana penelitian tidak bisa didapatkan dari dana hibah maupun dana dari pihak perguruan tinggi. 

Jika sejak awal sudah menunjukan keseriusan untuk menekuni profesi dosen. Maka akan lebih mudah menjadi dosen berprestasi dan kemudian menjadi lebih untuk mendapatkan peluang akademik. Sehingga bisa terus naik jabatan dan bisa lebih cepat untuk mengajukan diri menjadi Guru Besar. 

Oleh sebab itu, setiap dosen yang ingin meraih posisi sebagai Guru Besar perlu menyusun strategi sejak awal. Sebab untuk memenuhi serangkaian syarat tidak bisa dilakukan dalam semalam. Proses sejak awal meniti karir memiliki kontribusi besar, sehingga perlu serius menjalani profesi dosen. 

Di tag :

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RELATED POST

about

Get Started

Hubungi kami

Jl. Rajawali, Gg. Elang 6, No.2 Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I.Yogyakarta 55581

Email : [email protected]

Telpon : 081362311132