fbpx

Sandy Arief, Dosen dan Peneliti Bidang Akuntansi

dosen dan peneliti
Sandy Arief, SPd MSc, Dosen Akuntansi UNNES Semarang sekaligus peneliti. (Foto: dok. Sandy Arief)

Sandy Arief, S.Pd., M.Sc. merupakan dosen Akuntansi di Universitas Negeri Semarang (UNNES). Menjadi pengajar bidang Akuntansi, dipilih Sandy bukan tanpa alasan. Sejak bersekolah di SMA Negeri 1 Brebes, Jawa Tengah, Sandy menyukai mata pelajaran tersebut. Ketika mendapat peringkat kedua tertinggi di sekolah dan masuk jurusan IPA, ia lebih memilih masuk jurusan IPS agar ‘bertemu’ dengan Akuntansi. Sehingga tak heran jika kini Sandy berprofesi sebagai dosen dan peneliti bidang Akuntansi, bidang yang ia cintai.

Bagi Sandy, akuntansi adalah ilmu yang penuh misteri dan menarik untuk dipecahkan. Ia menyebut akuntansi bukan sekadar ilmu hitung-hitungan belaka. Lebih dari itu, akuntansi adalah ilmu yang dinamis. Apalagi berhubungan dengan perkembangan teknologi informasi dan keuangan yang begitu cepat.

”Kalo kita berbicara akuntansi secara teknis, maka dengan adanya teknologi, mahasiswa akuntansi dituntut untuk tidak hanya memahami atau membuat laporan keuangan semata. Karena secara teknis akuntansi sudah dapat dibuat oleh software aplikasi akuntansi. Meski demikian, tetap perlu menginterpretasi dan melakukan analisis mendalam untuk pengambilan keputusan yang lebih baik,” terang Sandy.

Awali Karir sebagai Asdos dan Peneliti Junior

Pria asal Brebes Jawa Tengah ini mengawali karirnya sebagai asisten dosen dan peneliti junior di Universitas Negeri Semarang (UNNES), sebelum akhirnya ia melamar dan diangkat sebagai dosen Pegawai Negeri Sipil pada 2005.

Dalam perannya sebagai asisten dosen saat mengenyam pendidikan sarjana, Sandy mengaku mendapatkan banyak pengalaman berharga. Ia belajar banyak bagaimana menjadi dosen yang baik. Dari situ, Sandy merasa menjadi dosen adalah sebuah panggilan jiwa.

”Ketika menjadi asisten dosen, saya merasa sangat menikmati proses belajar dan mengajar, mendengarkan berbagai perspektif dan ide dari mahasiswa. Saya juga suka melakukan penelitian, karena sering membantu dosen senior dalam melakukan penelitian ataupun program pengabdian kepada masyarakat. Saya pikir mengajar dan meneliti adalah passion saya,” akunya kepada tim duniadosen.com melalui surel.

Merasa klop dengan serba serbi dunia dosen, Sandy pun mendaftar menjadi dosen dan menjadi profesi yang ia tekuni hingga saat ini. Ia mengaku menikmati setiap proses menjadi dosen dan berinteraksi dengan mahasiswa. Apalagi, hasratnya dalam penelitian juga turut membuatnya makin mencintai profesi tersebut.

Ketika menjadi dosen, Sandy merasa memiliki banyak tugas yang perlu diselesaikan dengan baik. Salah satu hal yang ingin ia capai tatkala menjadi dosen adalah bagaimana menciptakan sesuatu yang memiliki manfaat bagi banyak orang.

”Saya ingin mempunyai penelitian yang berdampak positif kepada masyarakat. Artinya penelitian yang tidak hanya selesai pada output riset semata seperti publikasi. Tetapi yang benar-benar memberikan kontribusi baik secara teori maupun praktis,” terang lulusan pendidikan master bidang Akuntansi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.

Salah satu bukti kecintaannya terhadap ilmu akuntansi tersebut juga dituangkan dalam tulisan. Hingga saat ini Sandy telah menulis dua judul buku, yaitu Akuntansi Biaya 1 dan Akuntansi Biaya 2 yang diterbitkan UNNES Press. Dan saat ini Sandy mengaku, tengah mempersiapkan sebuah buku yang ditulis oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Luar Negeri. ”Buku tesebut saat ini tengah dalam proses editing,” lanjutnya.

Lanjut Studi Doktoral di Australia

Sebagai dosen dan peneliti Sandy pun terus mendalami ilmu akuntansi, saat ini pun ia melanjutkan pendidikan doktoral di Macquarie University, Australia. Ia mendapatkan beasiswa penuh skema Research Excellent Scholarship dari pemerintah Australia sejak 2018 lalu. Di kampus tersebut, Sandy juga menjadi Graduate Research Assistant dan Peer Writing Assistant dalam projek penelitian.

dosen dan peneliti
Sandy Arief bersama kolega dalam HDR Mentor. (Foto: dok. Sandy Arief)

Ada beberapa alasan kenapa pria kelahiran Brebes, 5 Juli 1983 ini  memilih kampus tersebut sebagai tempat belajar. Pertama, Sandy menyebut Macquarie University memiliki jurusan Akuntansi dengan reputasi baik dan masuk 100 jurusan terbaik di  dunia dengan fasilitas lengkap, sehingga ia bisa mempelajari bidang tersebut secara maksimal. Selain itu, secara umum Australia memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia.

Tak hanya berkecimpung dalam praktik akademik di kampus, Sandy juga terlibat dalam berbagai kegiatan suka relawan. Diantaranya menjadi Direktur Riset dan Pendidikan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Australia.

Selain itu, Sandy juga didapuk sebagai Higher Degree Research (HDR) Mentor Macquarie University. ”Melakukan penelitian itu menyenangkan namun terkadang perjalanannya penuh liku dan terisolasi, sehingga di HDR Mentor kami mempunyai program untuk membantu para kandidat PhD untuk dapat menempuh studinya dengan lebih menyenangkan,” ceritanya.

Kesan dan Tantangan Menjadi Dosen

Baginya, dosen memiliki kekuatan untuk berdampak lebih besar dibanding orang lain. Maka dari itu, ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa bermanfaat untuk masyarakat. Dari situ, sebenarnya kesan sebagai dosen muncul.

Sandy mengaku hari-harinya sebagai dosen memiliki kesan yang berwarna-warni. Meski begitu, sarjana dari UNNES tersebut merasakan kesan mendalam ketika berhasil membimbing mahasiswa sampai mendapat prestasi, baik level nasional maupun internasional.

Ia menceritakan beberapa mahasiswanya yang berhasil meraih juara dalam lomba karya ilmiah nasional dan internasional, diantaranya Jepang dan Malaysia. Pengalaman itulah yang paling berkesan dan membuatnya bangga sebagai dosen.

Namun, menjadi dosen juga harus siap dengan tantangan-tantangan berat yang dihadapi. Dari berbagai tantangan tersebut, Sandy menilai penting untuk mengajar dan mendidik mahasiswa di tengah perkembangan teknologi digital yang cepat dan dinamis.

Banyaknya sumber belajar digital bagi para mahasiswa, mulai dari YouTube, podcast, dan sebagainya membuat mereka lebih mudah untuk mengakses informasi. Maka dari itu, dosen perlu mengemas materi pelajaran semenarik mungkin agar mahasiswa dapat memiliki keunggulan bersaing di masa mendatang.

Tak hanya itu, Sandy juga menyebut bahwa dosen perlu memperbarui ilmu dan lebih peka terhadap apa yang terjadi di dunia. Dosen perlu terlibat aktif dalam berbagai kegiatan keilmuan seperti konferensi, diskusi, dan workshop sehingga tidak ketinggalan informasi yang berkembang begitu cepat.

Dan selama di Australia, Sandy memboyong istri dan anaknya yang saat ini duduk di kelas 2 SD. Hal itu membuatnya cukup mudah untuk membagi waktu. Setiap weekend, ia akan mengajak keluarga berkeliling Australia untuk menikmati keindahan Negeri Kanguru tersebut.

Ayah satu putri ini sadar betul bahwa hidup harus seimbang (work-life balance). Karena ia tak hanya memiliki satu peran, maka segala keperluan tersebut harus dibagi secara proporsional. Ketika weekend hanya untuk keluarga, dan Sandy mengalokasikan waktu lainnya untuk bekerja dan melakukan penelitian dengan baik.

Artikel Ilmiah Tembus Jurnal Internasional Bereputasi

Sandy mengenang berbagai hasil penelitiannya yang ia paparkan dalam berbagai konferensi baik nasional maupun internasional. Hasil-hasil penelitiannya juga berhasil terindeks secara internasional dalam Scopus, Copernicus, dan DRJI.

”Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk melakukan pemaparan hasil penelitian saya di 14 negara meliputi Malaysia, Singapore, Mexico, Mesir, Hong Kong, Filipina, Thailand, Dubai, Vietnam, Turki dan lainnya dengan bantuan sponsor. Menurut saya, dengan terlibat aktif dalam forum keilmuan maka kita bisa memahami kondisi terkini yang mudah-mudahan memberikan manfaat kepada mahasiswa,” ujarnya.

dosen dan peneliti
Sandy Arief saat menghadiri konferensi Internasional di Hongkong tahun 2016 (Foto: dok. Sandy Arief)

Meski begitu, Sandy bercerita artikel ilmiahnya pernah beberapa kali ditolak masuk jurnal internasional bereputasi. Karena keinginannya untuk belajar dan terus berusaha, akhirnya ia berhasil menerbitkan tulisannya dalam jurnal internasional bereputasi.

Fail better. Saya tidak pernah takut untuk mencoba hal baru yang positif, walaupun risiko gagal pasti ada. Tetapi menurut saya dengan persiapan yang matang, apabila kita sudah mencoba namun gagal saya ingin gagal lebih baik dan mencoba kembali,” tegasnya.

Dari ketekunannya sebagai dosen, Sandy sering diganjar penghargaan, bahkan sampai taraf internasional. Pada 2008, Sandy meraih penghargaan Teaching Award dari FE UNNES. Empat tahun kemudian, ia mendapat predikat Best Paper Award dari School of Business Management Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) dalam 4th International Conference on Innovation, Entrepreneurship, and Small Business (IICIES).

Selain itu, tahun 2016 ia berhasil mendapat dua penghargaan sekaligus, yaitu Faculty of The Year dari UNNES dan Best Paper Award dalam 5th International Conference on Business, Economics, Social Sciences, and Humanities (BESSH) di Hongkong.

Berbagai penghargaan tersebut ia anggap sebagai pemacu untuk mengajar dan meneliti lebih baik lagi. Penghargaan tersebut juga membuat Sandy makin semangat untuk belajar, sehingga dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat.

”Jujur, saya tidak terlalu menganggap serius soal penghargaan. Menurut saya, yang terpenting adalah bagaimana kita dapat memberikan kontribusi sekecil apapun untuk kebaikan bersama. Saya pikir apabila kita mengajar, meneliti, dan mengabdi dengan baik, ada tidaknya penghargaan dari pihak eskternal tidak penting. Karena kita tahu bahwa kita sudah melakukan yang terbaik,” katanya mantap. (duniadosen.com/az)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RELATED POST

about

Get Started

Hubungi kami

Jl. Rajawali, Gg. Elang 6, No.2 Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I.Yogyakarta 55581

Email : [email protected]

Telpon : 081362311132

Duniadosen.com © 2020 All rights reserved

Dibuat dengan ❤ di Jogja