fbpx

Virgin Haquarsum, Dosen Muda Fokus Bidang Pertanian Sejak SMA

bidang pertanian
Eka Jan Virgin Haquarsum, SP., M.Si dosen Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu (Sumber foto: istimewa)

Karir dosen Eka Jan Virgin Haquarsum, SP., M.Si mengalir begitu saja, seiring perjalanannya menekuni bidang pertanian sejak lulus SMP. Yah, semasa lulus dari SMPN 4 Kota Bengkulu, Virgin begitu ia akrab disapa, memilih untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri (SPPN) Bengkulu. Alasannya memilih pendidikan tersebut, karena dilatarbelakangi kondisi perekonomian keluarganya yang sedang terpuruk kala itu.

”Masuk ke SPPN karena faktor biaya. Sekolah umum mahal walaupun ditawarkan beasiswa. Karena saat itu keuangan keluarga sedang terpuruk,” katanya kepada duniadosen.com.

Tak disangka, meski masuk bidang pertanian dengan sedikit terpaksa karena keadaan, tak lantas membuat semangat belajar Virgin kendur. Ia berhasil lulus dan melanjutkan di perguruan tinggi di bidang yang sama, yaitu pertanian. Virgin pun mengambil kesimpulan atas pengalamannya tersebut.

“Karena saya percaya, terkadang kereta yang salah justru mengantarkan kita ke tempat yang benar,” kata Virgin penuh keyakinan.

Eka Jan Virgin Haquarsum, SP., M.Si (tengah baju ungu) bersama mahasiswanya melaksanakan praktikum. (Sumber foto: dok. Virgin)

”Saya rasa awal mula perjalanan karir saya sebagai dosen dimulai ketika saya menamatkan pendidikan S1 saya di Prodi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu pada tahun 2013,” ujar anak pertama dari 5 bersaudara ini.

Virgin melanjutkan, usai lulus S1 di Universitas Bengkulu pada april 2013 ia memperoleh info dari seorang teman kalau ada pembukaan lamaran beasiswa calon dosen dari Dikti. Gadis kelahiran 1991 ini langsung mendaftarkan diri di Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN) dan memilih Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan mayor Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman sebagai bidang S2 yang diambilnya.

Gayung bersambut, ketika Virgin mendaftar BPPDN di saat itu juga Universitas Bengkulu membuka seleksi untuk para pengaju beasiswa BPPDN yang berminat untuk mengabdi di Universitas Bengkulu. Virgin pun tertarik dengan lowongan tersebut, tanpa pikir panjang lagi ia dan tiga orang temannya pun mengikuti seleksi tersebut.

Virgin mengaku ada rasa kurang percaya diri saat mengikuti seleksi beasiswa yang memperebutkan tempat di Universitas Bengkulu. Karena ia harus bersaing dengan teman-temannya sendiri, yang dirasa lebih berkompeten dibanding dirinya. Namun, dewi fortuna sedang berpihak pada gadis penyuka warna ungu ini. Virgin lah yang lolos untuk menempati posisi dosen muda di fakultas pertanian, Universitas Bengkulu.

”Dari seleksi itu, akhirnya saya lolos untuk mendapatkan satu tempat di Universitas Bengkulu. Sehingga, saya menamatkan pendidikan S2 pada akhir 2016. Maka saat itu juga, saya langsung menjadi dosen di Universitas Bengkulu,” papar putri sulung dari pasangan Abdul Kadir Jailani dan Eliya Wati ini.

Fokus Bidang Pertanian Konsentrasi Molekuler

Pendidikan S1 dan S2 Virgin tetap memilih bidang Pertanian, namun pada fokus yang berbeda. Yaitu, S1 ia memilih program studi (Prodi) Agroekoteknologi dan saat S2 lebih spesifik lagi, yaitu fokus pada prodi Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman.

Eka Jan Virgin Haquarsum, SP., M.Si sedang mengerjakan Molekuler ketika praktikum bersama mahasiswa S2 Agroekoteknologi di Labortaorium Agronomi Universitas Bengkulu. (Sumber foto: dok. Virgin)

”Hanya saja untuk penelitian skripsi dan tesis bidangnya sama. Yaitu Molekuler. Namun, untuk penelitian dan tesis memiliki hal lain yang berbeda saat diteliti sebagai tambahan,” papar dosen prodi Agroekoteknologi Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu ini.

Virgin mengakui, terjun di bidang pertanian yang fokus pada Molekuler sebenarnya tidaklah disengaja. Tahun 2010, ia mengikuti seleksi pertukaran mahasiswa dengan program kegiatan mengerjakan penelitian tentang kultur jaringan Kumis Kucing, di University Malaysia Kelantan, dan dinyatakan lolos.

Sebelum berangkat, Virgin khusus mempersiapakan diri dengan belajar kultur jaringan. Tetapi sesampainya di sana, laboratorium University Malaysia Kelantan ternyata sedang bermasalah. Akhirnya program yang rencana diikuti Virgin tersebut, dialihkan ke Molekuler.

”Di sanalah saya kali pertama belajar tentang Molekuler. Dan akhirnya menjadi bidang yang saya tekuni sampai sekarang,” akunya.

Virgin menjemput mahasiswa yang menyelesaikan program magangnya di Joglo Tani. (Sumber foto: dok. Virgin)

Gadis asal Bengkulu ini mengaku tidak pernah merasa jenuh terhadap bidang pertanian yang digelutinya tersebut. Baginya, bidang Molekuler adalah bidang yang sangat dinamis dan penuh tantangan. Dimana bidang tersebut sangat membutuhkan ketekunan dan ketelitian. Karena bermain dengan bahan-bahan yang berukuran kecil dan sebagian bahan bersifat berbahaya.

”Sebagian orang menganggap Molekuler itu bidang yang sulit. Tapi sebenarnya tidak, asal kita benar-benar mengerti konsep kerjanya. Dengan Molekuler, kita tahu sifat tanaman dari DNA nya dan itu mempermudah kegiatan pertanian lainnya,” jelasnya.

Virgin menjelaskan, meski bidang yang ditekuni Molekuler namun ia juga aktif mengerjakan hal lain. Yaitu, eksplorasi jenis tanaman baru atau studi lapangan. ”Mungkin karena saya mengerjakan hal lainnya itu, sehingga saya tidak merasa jenuh. Dan sebenarnya, bidang yang saya tekuni selalu membuat saya bertemu dengan hal yang baru,” bebernya.

Hobi Menulis Sejak Kecil

Hobi menulis sejak kecil, membawa harapan dan cita-cita menjadi seorang penulis. Namun, ternyata perjalanan nasibnya tidak membentuknya sebagai penulis karya sastra seperti impiannya. Bagi Virgin, itu tidak menjadi masalah. Meski menjadi dosen, ia tetap bisa menyalurkan hobi menulisnya.

”Saya menulis untuk diupload di wattpad. Itu saya lakukan kalau sedang senggang saja,” ujarnya.

Meski pada awalnya untuk menjadi dosen pun bukan hal prioritas. Seiring waktu berjalan, Virgin akhirnya mengakui bahwa karir dosen adalan karir yang memang ia butuhkan.

”Cita-cita awal saya adalah penulis dan kebutuhan terbesar saya adalah berbicara. Saya tetap bisa menulis, entah itu jurnal, laporan penelitian, atau apa pun. Karena menulis itu bukan hal yang sempit dan saya pun tetap bisa ‘berbicara’,” ungkapnya.

Perjalanan karir Virgin memang masih terbilang baru. Memang belum genap dua tahun berkarir sebagai dosen. Namun sebagai dosen muda, ia memiliki strategi menghadapi mahasiswa. Untuk mahasiswa yang aktif dan kritis, Virgin menganggap ini sebagai pelecut semangatnya untuk selalu meng-update keilmuannya.

”Kalau menghadapi mahasiswa pasif, mengajaknya bercanda dan berusaha untuk selalu berada di sekitarnya. Terkadang di kelas apabila mahasiswanya cenderung pasif semua, saya mengajukan pertanyaan dan siapa yang benar akan saya kasih bonus nilai dan sebungkus coklat,” celetuknya.

Gadis kelahiran 1 Januari ini memang masih terlihat muda dan tidak jauh dari mahasiswanya. Lantas tak heran jika Virgin kerap dianggap masih mahasiswa baru. ”Pengalaman menarik saya sejauh ini adalah dipanggil ‘Adek’ oleh mahasiswa saya sendiri. Itu karena dia mengira saya mahasiswa baru, bukannya dosen,” ungkapnya.

Virgin melakukan kunjungan ke lokasi mahasiswa magang di PT Pusri. (Sumber foto: dok. Virgin)

Harapan Virgin ke depan tak terlepas dari bidang sebelumnya. Ia ingin melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Menempuh pendidikan S3, dan tetap menekuni bidannya, yaitu molekuler. Selain itu, anak tertua lima bersaudara ini ingin membuat kedua orang tuanya bangga dan bahagia hingga akhir hayat.

”Saya ingin mencari berbagai penanda untuk sifat-sifat penting berbagai tanaman, mengeksplor berbagai plasma nutfah asli Indonesia. Kemudian merakit varietas yang dibutuhkan oleh petani, serta tentu menjadi dosen yang bisa membantu mahasiswa,” papar dosen berkerudung ini.

Gadis yang juga memiliki hobi mendengarkan music dan ngemil ini ternyata mengagumi sosok Francesco Totti, pemain sepak bola asal Italia. Virgin mengaku karena Totti memiliki sosok yang berbeda.

” Saya sudah mengaguminya sejak SD, kelas 3 saya rasa. Kekaguman saya karena dia begitu beda. Lahir di Roma, tumbuh di Roma, besar di Roma, belajar di Roma, terkenal di Roma, dan mengakhiri karirnya pun di Roma. Dia memperlihatkan pada saya bahwa tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras, dan kebahagiaan itu bukan semata-mata karena materi. Sebuah loyalitas tanpa batas,” ungkap pemilik motto hidup ‘Jangan pernah menyerah pada siapa pun, kapan pun, dimana pun, dan bagaimana pun’. (duniadosen.com/taw)

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RELATED POST

about

Get Started

Hubungi kami

Jl. Rajawali, Gg. Elang 6, No.2 Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I.Yogyakarta 55581

Email : [email protected]

Telpon : 081362311132