fbpx

Perjalanan Muhammad Subhan, Jadi Dosen di King Abdul Aziz University Jeddah

Muhammad Subhan Ishak, jadi dosen sekaligus Professor Assistant di King Abdul Aziz University Jeddah Arab Saudi berselfie hari terakhirnya di UUM sebelum hijrah ke Jeddah Arab Saudi. (Sumber foto: Facebook Muhammad Subhan Ishak)

Muhammad Subhan merupakan orang Aceh yang pantang menyerah dalam mewujudkan mimpi. Salah satu mimpinya adalah ingin memajukan bidang kemaritiman di Aceh. Ia pun menempuh pendidikan tinggi demi menguasai keilmuan yang berkaitan dengan bidang kemaritiman. Namun, diperjalanannya Subhan justru sulit untuk berkarir di tanah kelahirannya sendiri. Sehingga hal tersebut membuatnya hijrah dan memilih karir jadi dosen di King Abdul Aziz University Jeddah. Dan, bagaimanakan Subhan meraih kesuksesannya meraih karir sebagai dosen di King Abdul Aziz Univeristy Jeddah, berikut duniadosen.com merepost dari laman serambinews.com.

Orang Aceh percaya bahwa “langkah, raseuki, peuteumon, mawot” (masa depan, rezeki, jodoh, ajal) adalah rahasia Ilahi. Manusia hanya bertugas merealiasasikan skenario Sang Pencipta, dengan bersungguh-sungguh, sampai berhasil meraih yang terbaik sesuai potensi yang diberikan Allah.

Muhammad Subhan Ishak, ST., M.Sc., Ph.D., M.LogM., Aff.M.ASCE., CMILT dalam hidupnya terus berjuang untuk mewujudkan mimpi. Subhan pun memilih jalur pendidikan untuk mengabdi dan menyalurkan keilmuannya dengan jadi dosen.

Gelar-gelar yang disandangnya dapat dibagi dua kategori. Pertama, gelar akademik S1, S2 dan S3, yaitu ST, MSc, PhD. Kedua, gelar sertifikasi profesi dengan rincian: M.LogM dikeluarkan oleh Asosiasi Logistik Malaysia sebagai “Pakar Logistik” CMILT dikeluarkan oleh Australia sebagai “Chartered Logistician and Transport” Aff.M.ASCE dikeluarkan oleh USA sebagai “Ahli Teknik Sipil”.

Dari Unsyiah ke Malaysia

Setelah menyelesaikan S1 di Fakultas Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh pada 1998, Subhan melanjutkan S2 ke UKM Malaysia, lalu S3 ke UUM Malaysia. Di S2 dia mengambil jurusan transportasi perkotaan, sementara jurusan kepelabuhanan. Alasannya, di Aceh masih sedikit SDM kepelabuhanan dan Aceh terletak di jalur pelayaran internasional.

“Aceh adalah salah satu poros utama maritim dunia, baik di Selat Melaka maupun Samudra Hindia,” kata Subhan, Minggu (9/6/2019), di Masjid Assajidin Komplek Dolog Pagar Air, Aceh Besar seperti dilansir serambinews.com.

Muhammad Subhan Ishak bersama Dr. Anathasios Pallis from Greece usai tampil sebagai pemateri di Tiongkok tahun 2010. (Sumber foto: Facebook Muhammad Subhan Ishak)

Setelah selesai S3 Subhan pulang ke Aceh dengan maksud mau ikut membantu kemajuan Aceh di sektor kemaritiman. Beberapa kawannya sempat mengabarinya bahwa Unsyiah membutuhkan SDM kemartiman. Dia pun sempat datang dan mempresentasikan rencananya dalam pengembangan kelautan melalui Unsyiah.

Sempat pula dia beberapa bulan mengabdi di Program Pascasarjana Unsyiah dan ikut menghidupkan jurnal di sana. Akan tetapi, karena ketidakjelasan status, Subhan mulai membidik tempat lain yang membutuhkan tenaganya.

Gagal di Unsyiah dan BPKS, Diterima di UUM Malaysia

Dia mengaku sempat empat bulan menjadi staf honorer di Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS) Sabang. Namun, hanya sebatas tenaga pembantu dan tidak ada dalam struktur BPKS.

“Tadinya sempat berpikir saya akan ambil bagian dalam pembangunan Aceh di sektor kemaritiman, makanya fokus belajar di sektor tersebut sambil memperdalam Bahasa Inggris dan membuka relasi internasional saat kuliah di program magister dan PhD,” sambung dosen kelahiran Lhokseumawe ini.

Subhan memang mempunyai spirit yang tinggi dalam berjuang. Setelah tidak berhasil kerja di Unsyiah dan BPKS, dia memutuskan mengajukan lamaran mengajar di Kampus Pertamina Jakarta.

Alhamdulillah, saya diterima dan sempat kerja di Kampus Pertamina Jakarta. Tapi lingkungan Jakarta kurang cocok untuk tubuh dan jiwa saya. Saya sering terkena flu, dan akhirnya memutuskan berhenti. Padahal pekerjaan mengajar sangat cocok dengan jiwa saya. Ini adalah amal jariyah,” ungkap ilmuwan ramah ini.

Subhan terus melangkah. Kali ini dia mengajukan lamaran jadi dosen ke almamater tempat dia mengambil ijazah Ph.D, University Utara Malaysia (UUM). Dia diterima jadi dosen untuk mengajar di Bussiness School, baik di jenjang S1, S2, dan S3.

Mengajar di UUM ini sangat menyatu dengan jiwanya. Selain lingkungan Melayu, bidang ilmu yang diasuh dan penghargaan (baik fisik maupun nonfisik) juga berimbang.

Hijrah ke Arab Saudi

Namun pada akhir 2017, setelah tujuh tahun mengabdi, Muhammad Subhan ingin suasana baru, dan dia pun memutuskan mengundurkan diri dari UUM.

Dia terus melangkah dalam mewujudkan masa depan sesuai garis Ilahi. Kali ini dia mengajukan lamaran kerja nun jauh ke Timur Tengah, pusat perminyakan dunia, Saudi Arabia.

”Kita harus optimistis. Insya Allah selalu ada jalan. Man jadda wajada, barangsiapa yang berusaha dengan sungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya,” kata Anggota Chartered dari CILT (Australia), Anggota Society of Logisticians Malaysia, Afiliasi ke ASCE (AS) ini.

Subhan pun diterima di King Abdul Aziz University Jeddah. Di sini dia mengajar di jurusan Kemaritiman, sesuai dengan keahlian dan keinginannya.

Mengajar di King Aziz University membuatnya bahagia. Pasalnya di waktu-waktu senggang dia dapat melaksanakan ibadah umrah ke Mekkah. Selain itu, fasilitas yang disediakan sangat memadai, ada mobil, rumah, dan lain-lain.

”Jeddah – Mekkah itu hanya satu jam dengan mengendarai mobil sendiri. Kita dapat bekerja sambil beribadah di Saudi. Mahasiswa di Saudi juga sangat hormat pada gurunya. Mereka beretika tinggi, dan ini sangat menyenangkan” ujar Subhan.

Muhammad Subhan Ishak ketika memberi penerangan tentang Sabang dan Aceh kepada para pelaku bisnis di Belanda. (Sumber foto: Facebook Muhammad Subhan Ishak)

Meski demikian, jauh dalam lubuk hati Muhammad Subhan masih berharap ada tempat di Aceh yang membutuhkan tenaganya. Subhan berpesan kepada generasi muda Aceh untuk terus belajar dan lalai dengan game online serta kongkow-kongkow dalam upaya meningkatkan daya saing global.

Menurutnya persaingan ke depan makin ketat, siapa yang malas akan tergilas zaman dan hanya menjadi penonton.

Rezeki Adalah Misteri

Saat pulang kampung pada Syawal 1440 Hijriyah ini, Muhammad Subhan Ishak, memosting catatan misteri rezeki di dinding Facebook miliknya. Berikut postingannya:

Ada orang harus merantau ke negeri orang untuk mendapatkan rezeki lebih, tapi ada orang yg Allah lapangkan rezekinya di kampungnya sendiri….

Ada orang harus tempuh pendidikan tinggi sehingga PhD untuk mendapatkan rezeki lebih, tapi ada orang yg Allah lapangkan rezekinya hanya tamatan sekolah rendah….

Ada orang harus bekerja di tengah lautan (anak kapal) atau di atas udara (pilot) untuk mendapatkan rezeki lebih, tapi ada orang yg Allah lapangkan rezekinya di daratan saja….

Ada orang harus berbisnis bermacam jenis usaha untuk mendapatkan rezeki lebih, tapi ada orang yg Allah lapangkan rezekinya dengan hanya dengan satu jenis usaha….

Ada orang shalat dhuha setiap pagi, bangun tahajjud tengah malam dan membaca surah2 tertentu untuk mendapatkan rezeki lebih, tapi ada orang yg Allah lapangkan rezekinya tanpa ibadah2 apa-apa….

Ada orang memaksakan diri mengubah status dengan kawin dengan gadis dari keluarga kaya atau ‘terhormat’ untuk mendapatkan rezeki lebih, tapi ada orang yg Allah lapangkan rezekinya padahal ia dari keluarga biasa….

Ada orang harus mengasah dirinya dengan berbagai skill dan pengalaman kerja untuk mendapatkan rezeki lebih, tapi ada orang yg Allah lapangkan rezekinya padahal tanpa pengalaman….

Ada orang harus bekerja lebih waktu, siang dan malam, untuk mendapatkan rezeki lebih, tapi ada orang yg Allah lapangkan rezekinya padahal hanya bekerja sedikit waktu saja….

Ada orang harus berganti-ganti tempat berkerja untuk mendapatkan rezeki lebih, tapi ada orang yg Allah lapangkan rezekinya di satu tempat kerja saja….

Ada orang harus gunakan cara yg haram untuk mendapatkan rezeki lebih, tapi ada orang yg Allah lapangkan rezekinya dengan cara yg halal….

Memang rezeki itu sesuatu yg misteri…

Kalau kita cemburu kepada orang lain, itu sangat wajar dan patut tapi jangan berlebihan…

Berusaha dan ikhtiar itu wajib….

Bergantunglah kepada Allah, pemberi rezeki…

Sesungguhnya dia lebih tahu keadaan hamba-Nya…

Kejayaan itu bukan terletak pada siapa yg paling banyak rezekinya, tetapi pada siapa yg paling banyak bersyukur…

Banyak Prestasi diukir

Subhan merupakan ahli strategi dan direktur pendiri Institute for Aceh Strategic Development di Indonesia. Beliau meraih gelar PhD dalam Bisnis Internasional dari University of Utara Malaysia. Ia menerima gelar MSc dari Universitas Nasional Malaysia dan gelar Sarjana (Teknik Sipil) dari Universitas Syiah Kuala, Indonesia.

Muhammad Subhan Ishak tamatan Unsyiah yang kini mengabdi sebagai Dosen di King Abdul Aziz University, Jeddah, Arab Saudi bersama rekannya penulis buku ‘Sabda Rindu’ Hasan Basri M Nur. (Sumber foto: serambinews.com)

Minat penelitiannya saat ini adalah di bidang strategi pengembangan bisnis, aliansi strategis, daya saing bangsa dan industri, infrastruktur transportasi, dan masalah pembangunan berkelanjutan.

Dia telah menerbitkan makalah di berbagai jurnal wasit dan berkontribusi pada berbagai konferensi akademik internasional.

Sebelum bergabung dengan Departemen Pelabuhan dan Transportasi Maritim di KAU Jeddah, ia sebelumnya telah melayani beberapa tahun dengan pemerintah dan beberapa organisasi swasta di Indonesia, Malaysia, dan badan-badan internasional lainnya di samping penelitian dan pengajaran dengan beberapa universitas negeri di Malaysia dan Indonesia selama 15 tahun terakhir. Dia adalah editor aktif untuk beberapa jurnal akademik.

Redaksi

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RELATED POST

about

Get Started

Hubungi kami

Jl. Rajawali, Gg. Elang 6, No.2 Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I.Yogyakarta 55581

Email : [email protected]

Telpon : 081362311132