fbpx

Rela Kerja Bangunan dan Membasmi Serangga demi Menjadi Dosen

menjadi dosen
Anton Kuswoyo, S.Si., M.T. bersama timnya seprofesi dosen juga memberikan pelatihan tentang cara pembuatan ikan asap menggunakan alat pengasapan ikan berbasis Smoke Control System di Kelompok Petani Ikan Desa Telaga Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanahlaut, Kalimantan Selatan. (dok. Anton Kuswoyo)

Menjadi dosen adalah panggilan jiwa. Bukan untuk mengejar kekayaan materi, namun keinginan menjadi dosen lahir dari lubuk hati Anton Kuswoyo, S.Si., M.T. Sejak SMA ia sudah bercita-cita menjadi seorang dosen. Meskipun saat itu tidak ada biaya sepeser pun untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, Anton tak patah semangat.

Anton berasal dari Desa Transmigrasi Pedalaman, Kalimantan Tengah. Di desanya kehidupan perekonomian masyarakatnya masih sangat sulit. Hasil panen padi yang hanya setahun sekali, tidak cukup untuk biaya hidup. Masa SD-SMP pun, Anton rela habiskan waktunya di sawah untuk membantu orang tua. Sehingga ia sangat jarang bermain dengan teman-temannya.

Untuk bisa melanjutkan SMA harus pergi ke Kota Kabupaten dan tinggal di kos. Karena tak mampu membayar SPP sekolah, Anton sempat memberanikan diri menghadap kepala sekolah untuk meminta keringanan biaya. Beruntung, ia akhirnya hanya diminta bayar SPP setengahnya saja.

Saat masih duduk di bangku SMA pun pria kelahiran 17 Juli 1988 ini tak malu untuk bekerja sebagai tukang bangunan. Begitu terampilnya Anton memasang batu bata, mengaduk adonan semen, membantu membuat pagar mesjid, dan lainnya. Sehingga begitu lulus SMA pun ia langsung bekerja bangunan, keterampilannya bertambah. Ia mulai bisa membangun gedung sekolah dasar dan gedung puskesmas di pedalaman Kalimantan Tengah. Hal tersebut rela Anton lakukan demi mendapat penghasilan sebagai tambahan untuk bekal kuliahnya.

Beruntung, hasil kerja kerasnya perlahan menuai hasil. Anton diterima sebagai mahasiswa di Program Studi (Prodi) Fisika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat melalui jalur PMDK. Karena dari sekolah SMA nya, hanya Anton yang memilih Prodi Fisika. Maklum pelajaran fisika dianggap paling sulit sehingga sedikit yang minat kuliah pada jurusan fisika, dan hal itu justru menjadi keberuntungan bagi Anton.

Selama kuliah, Anton kembali memutar otak menemukan bagaimana caranya agar bisa menghasilkan uang untuk tambahan biaya kuliah. Sempat mendaftar mengajar di salah satu sekolah SMA, namun ditolak. Akhirnya ia mendaftar sebagai pengajar di salah satu Bimbingan Belajar di Kota Banjarbaru, yang letaknya dekat dengan kampus tempat ia kuliah. Sejak semester dua hingga lulus kuliah Anton mengajar di bimbel, selain juga mengajar les privat dari rumah ke rumah.

Selain mengajar, Anton juga sempat bekerja sebagai pembasmi serangga dan tikus di hotel. Ia melakoni pekerjaannya itu dimulai pukul 02.00 dini hari di saat para penghuni hotel terlelap. Dengan alat rodent and pest control, ia membasmi serangga dan tikus yang berkeliaran di ruangan hotel. Lumayan, dari hasil kerja di hotel tersebut untuk pertama kalinya Anton bisa membeli laptop.

Selama kuliah Anton juga aktif di organisasi kemahasiswaan. Di antaranya ia pernah menjadi Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Fisika, Koordinator Pengembangan Jaringan dan Media BEM Fakultas MIPA, dan terakhir menjadi Menteri Pengabdian Masyarakat BEM Universitas Lambung Mangkurat. Pengalaman berorganisasi tersebut telah membekali dirinya dengan soft skill yang pada akhirnya banyak menunjang karirnya.

Anton juga pernah mengikuti kompetisi tingkat nasional dan menjadi finalis satu-satunya dari Kalimantan. Waktu ia mengikuti program Climate Smart Leader yang diselenggarakan oleh British Council dari Inggris. Ia satu-satunya mahasiswa finalis dari Kalimantan dan dikarantina selama satu pekan di Jakarta. Dari program tersebut Anton akhirnya banyak mendapat pengalaman dan wawasan berharga, terutama dalam hal perubahan iklim global dan tentang kelestarian lingkungan hidup.

Sejak saat itu penghobi beternak dan berkebun ini sangat tertarik dengan isu-isu lingkungan. Akhirnya ia pun memutuskan untuk melanjutkan kuliah S2 Jurusan Teknik Lingkungan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Tidak berlama-lama kuliah, hanya 3 semester saja Anton sudah lulus S2, menyandang gelar Magister Teknik (M.T.).

Bersamaan dengan kelulusannya, ia langsung diterima sebagai dosen tetap di Politeknik Tanah Laut (Politala). Kampus baru yang berada di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Awal-awal menjadi dosen, Anton sempat merasakan gaji pas-pasan. Tapi ia tetap semangat. Empat tahun mengajar, kini dirinya dipercaya menjadi Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan dan Sistem Informasi.

”Alhamdulillah tahun 2019 ini lulus menjadi dosen CPNS di Kampus Politala,” kata Anton.

Liku-liku perjuangannya untuk menjadi dosen sangat panjang. Baginya, dukungan dan doa dari kedua orang tua sangat penting untuk bisa meraih cita-cita. Begitupun dukungan keluarga, istri dan ketiga anaknya yang sangat dibutuhkan Anton dalam menapaki kehidupannya sebagai dosen, suami dari dr. Diana Sriastutik Indrawati dan ayah dari Zhafira, Ervinda dan Ervandi.

Hasilkan 2 Inovasi TTG

Selain aktif menjadi dosen, dirinya juga aktif melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Pernah meraih hibah Diseminasi Teknologi dan hibah Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Anton memang sangat berminat dalam bidang Teknologi Tepat Guna (TTG) yang berguna bagi masyarakat. Sehingga hibah yang diperolehnya pun seputar TTG. Yaitu teknologi pembuatan pakan kambing fermentasi dan teknologi pengolahan ikan asap. Hasil inovasinya ia implementasikan kepada masyarakat pedesaan.

Diketahui, ide pembuatan TTG pembuatan pakan kambing fermentasi tersebut muncul ketika Anton mengisi kegiatan di sela kesibukannya menjadi dosen dengan memelihara beberapa kambing. Saat itu, ia menemui kesulitan mencari rumput setiap hari sebagai asupan pakan hewan ternaknya. Apalagi waktunya lebih banyak tersita untuk mengajar.

Kemudian Anton pun mulai berpikir bagaimana supaya bisa membuat pakan kambing dalam waktu cepat dan dapat disimpan lama. Dari sinilah muncul ide menciptakan mesin pembuat pakan kambing fermentasi otomatis bersama timnya yang juga sesama dosen, yang kemudian diberi nama i-GITA.

menjadi dosen
Anton Kuswoyo, S.Si., M.T. sedang mengunjungi nelayan, berdiskusi dengan nelayan di Desa Kuala Tambangan Kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan. (dok. Anton Kuswoyo)

Arti Sukses

Menurut Anton, sukses adalah ketika bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi kehidupan. Baik bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, bangsa, negara, agama, dan lingkungan. Adapun sosok yang  menginspirasinya dalam bidang profesi sebagai dosen adalah Prof. Joni Hermana (pernah menjabat sebagai rektor ITS periode 2015-2019) yang juga merupakan dosen Anton ketika menempuh S2 di Intitus Sepuluh November (ITS). Sedangkan dalam kehidupan, adapun sosok yang menginspirasinya adakah Dahlan Iskan.

Menurut Anton, Prof. Joni Hermana tidak hanya pakar dalam keilmuan, namun juga pandai menuliskan hikmah-hikmah kehidupan sehingga lebih mudah difahami. Anton mengenal sosok Prof. Joni sebagai orang yang pandai berkomunikasi lisan maupun tulisan.

“Saya sering membaca tulisan-tulisan beliau di Facebook maupun Instagram beliau. Semasa menjabat sebagai rektor beliau juga termasuk salah satu rektor inspiratif. Beliau juga sukses membawa ITS mencapai kemajuan yang luar biasa,” ungkapnya.

Dan sosok inpirasi yang lain ada Dahlan Iskan, bagi pria kelahiran Kapuas ini Dahlan Iskan salah satu orang yang profesional dan pakar entrepreneur yang juga pandai menulis. Tulisan-tulisan Dahlan sangat membuka wawasan dan menambah pengetahuan baru, baik dalam maupun luar negeri. Menurut Anton, tulisan Dahlan mudah difahami dan enak dibaca.

“Saat menjadi pejabat negara beliau juga banyak membuat terobosan baru untuk kemajuan bangsa. Saya setiap hari selalu membaca tulisan Dahlan Iskan, di medsos (FB) “Catatan Dahlan Iskan”,” terangnya.

Di tengah kesibukannya, Anton juga berhasil menerbitkan buku berjudul “Transform Your Life” penerbit Pustaka Puitika, Yogyakarta 2013. Buku yang bertema tengang motivasi hidup ini diperuntukkan bagi anak-anak muda agar lebih semangat dalam menjalani kehidupan dan meraih cita-cita.

Anton menuturkan, menjadi dosen yang baik menurutnya adalah yang bisa melaksanakan tridharma perguruan tinggi (pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat). Sebagai dosen tidak hanya aktif di kampus saja, namun juga berperan aktif di masyarakat.

“Harapan saya untun Politala adalah mengirim dosen dan mahasiswa ke luar negeri (pertukaran dosen atau mahasiswa) agar menambah wawasan global. Selain itu Politala juga harus mampu mengangkat potensi lokal Kabupaten Tanah Laut untuk dijadikan produk unggulan. Agar Politala menjadi kampus dengan ciri khas spesifik yang tidak dimiliki kampus lain,” imbuh dosen yang saat ini sedang melakukan budidaya pisang dan beternak burung puyuh tersebut. (duniadosen.com/ta)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RELATED POST

about

Get Started

Hubungi kami

Jl. Rajawali, Gg. Elang 6, No.2 Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I.Yogyakarta 55581

Email : [email protected]

Telpon : 081362311132