fbpx

Zuhri, Cita-cita Guru dan Jadi Dosen Adalah Anugerah

menjadi dosen
Zuhri, S.Sos.I, M.Pd.I rektor Institut Agama Islam (IAI) Al-Azhaar Lubuklinggau, Sumatera Selatan. (Foto: dok. Zuhri)

Kecintaannya di dunia pendidikan dimulai Zuhri, S.Sos.I, M.Pd.I dengan mengabdi menjadi guru di almamater tercintanya di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Madura. Yang kini berafiliasi dengan Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, sejak 1994 hingga 1998. Sangat jarang, seorang guru yang kemudian berproses meningkatkan profesinya menjadi seorang dosen. Maka, tak heran jika Zuhri menyebut menjadi dosen adalah anugerah.

Namun, seperti apa perjalanan Zuhri dari seorang guru untuk menjadi seorang dosen? Sebuah profesi yang tak pernah ia impikan sebelumnya. Namun, kini justru karirnya di bidang pendidikan tinggi terus menanjak. Ia diberi amanah untuk menjadi rektor di Institut Agama Islam (IAI) Al-Azhaar Lubuklinggau.

Dari tahun 1998 akhir sampai tahun 2000 Zuhri mengajar di Pondok Pesantren Sabilar Rasyad Samarinda (MTs dan MA). Disamping mengajar di MA Al-Muhajirin Samarinda dan juga menjadi Responden/ Kontributor Ensiklopedi Tanah Air Indonesia Jakarta, Cabang Samarinda. Pada tahun 2001, ia kembali merantau ke Sumatera Selatan tepatnya di Lubuklinggau untuk menjadi tenaga pengajar di Pondok Pesantren Darul Ishlah waktu itu, yang sekarang berubah menjadi Pondok Pesantren Al-Azhaar Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan hingga 2008.

Hingga akhirnya, Zuhri mendapat amanah sebagai Kepala Sekolah SMP-IT Al-Azhaar Lubuklinggau dari 2008 sampai 2010. Pada tahun 2008 akhir, Pondok Pesantren Al-Azhaar Kota Lubuklinggau membuka Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Azhaar, yang sekarang naik status menjadi Institut Agama Islam (IAI) Al-Azhaar Lubuklinggau.

”Karena pada waktu itu diperlukan dosen tetap yang cukup banyak, maka guru-guru senior di Pondok Pesantren Al-Azhaar diangkat menjadi dosen termasuk saya di dalamnya, dengan mata kuliah utama Filsafat Pendidikan Islam, Akidah Islam, dan Micro Teaching. Sebelumnya saya belum pernah menjadi dosen di perguruan tinggi manapun,” terangnya.

Alasannya menjadi dosen, karena sejak di pondok Zuhri ditanamkan jiwa seorang guru. Guru-gurunya selalu berpesan jangan sampai meninggalkan ngajar apapun profesi  yang dijalani. ”Jadi jiwa guru dalam diri saya tertanam sejak masih mondok dulu. Karena juga antara dosen dan guru adalah jalur yang sama, hanya berbeda tempat,” ujar dosen jurusan Tarbiyah ini.

Zuhri pun menjelaskan alasannya kenapa ia fokus pada bidang keilmuan tarbiyah. Karena menurutnya, tarbiyah adalah urat nadi kehidupan, tidak satupun manusia yang luput dari tarbiyah. Kalau ada manusia yang menghindar dari tarbiyah, berarti status kemanusiaannya perlu diragukan. ”Tentunya yang melatar belakangi adalah Rasulullah SAW. yang merupakan Maha Guru umat manusia yang patut dijadikan suri tauladan sepanjang sejarah,” jelasnya.

Pria kelahiran Sumenep, 15 September 1974 tersebut menjelaskan, bidang tarbiyah mewarnai kehidupannya sejak masih mondok. Karena sejak itu, terutama sejak duduk di kelas VI, TMI Pondok Pesantren Al-Amien (atau sama dengan kelas 12 MA/SMA) Zuhri dilatih dan diajarkan bagaimana menjadi pendidik yang baik, dengan materi-materi Tarbiyah Islamiyah dan praktik bagaimana menjadi pendidik yang baik dan benar.

Jadi Dosen Merupakan Anugerah

Latar belakang keluarga Zuhri merupakan keluarga petani yang agamis, untuk itu mereka menyekolahkan Zuhri ke pondok pesantren modern. Yakni Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep, Madura. Dan tarbiyah yang menjadi concern-nya adalah Filsafat Pendidikan Islam. Tak diduga dari sanalah, Zuhri bisa menempuh pendidikan tinggi dan menjadi dosen.

”Menjadi dosen adalah anugerah tak terhingga dari Allah, karena saya tidak pernah bercita-cita jadi dosen tapi jadi guru atau tepatnya guru di pesantren. Tapi sejak masih mondok, saya mempunyai keinginan atau cita-cita untuk melanjutkan studi saya sampai ke jenjang yang paling tinggi, yaitu S3,” ungkapnya.

Suami dari Khoirur Rosyidah ini mengaku kalau dirinya termasuk dosen yang akselarasi pendidikannya lambat namun pasti. Betapa tidak, tamat S1 baru tahun 2007, dan tahun 2009 kuliah S2, tamat tahun 2011. Tahun 2015 akhir kuliah S3 dan sampai sekarang sedang dalam proses penyelesaian disertasi. Tahun 2008, aturan menjadi dosen tidak terlalu ketat seperti sekarang, untuk itu ia bisa mengurus JJA (Jenjang Jabatan akademik), meskipun masih S1.

”Ahamdulillah, pada tahun 2009 saya menjadi Assisten Ahli. Pada 2013, naik menjadi Lektor III C, dan pada tahun 2017 naik menjadi III D,” terangnya.

Zuhri mengatakan, karena terbentur aturan baru, maka bagi yang belum doktor atau mempunyai tulisan ilmiah dan dimuat di Jurnal Nasional Terakreditasi B, maka tidak bisa naik ke Lektor Kepala. Zuhri bersyukur, saat ini ia tengah berupaya keras menyelesaikan S3, agar bisa mengurus JJA-nya ke Lektor Kepala untuk selanjutnya ke guru besar.

Kesibukannya selain menjadi dosen adalah tetap ikut membantu mengajar di Pondok Pesantren Al-Azhaar Lubuklinggau. Tak hanya itu, Zuhri juga padat jadwal berceramah, menjadi khatib, mengisi seminar, dan majlis ta’lim.

Baginya suka dan duka serta pengalaman paling berkesan menjadi dosen adalah ketika mahasiswa yang diajarnya dapat lebih sukses dari pada dirinya. Baik dalam bidang pendidikan, karir, dan terutama adalah mereka suskses menjadi orang baik yang fokus untuk ikut berkontribusi dalam pengembangan masyarakat agar lebih baik.

Tantangan dosen saat ini menurut Zuhri adalah bagaimana menjadi dosen yang baik dan profesional dalam bingkai tridharma perguruan tinggi pada satu sisi, dan pada sisi yang lain mampu menerjemahkan kemajuan teknologi yang masuk dalam revoluasi industri 4.0 serta mampu diimplementasikan dalam melahirkan karya-karya nyata dalam bentuk riset yang berkualifikasi scopus.

”Saya kuliah S3 atau tingkat doktoral atas biaya sendiri sembari sedikit dibantu oleh institusi (IAI Al-Azhaar Lubuklinggau). Tepatnya tanggal 20 Agustus 2015, saya mendaftarkan diri untuk menjadi mahasiswa S3 PAI UIN Raden Fatah, Palembang,” jelas mahasiswa Prodi PAI S3 UIN Raden Fatah Palembang semester 8 yang pada 2016 lalu melakukan ujian proposal lewat program “Kolokium” di Fatoni University Thailand tersebut.

Ia melanjutkan, hal tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM IAI Al-Azhaar Lubuklinggau yang semua dosen harus S3 secara bertahap, baik lewat beasiswa 500 doktor yang diselenggarakan Dikti atau beasiswa lainnya maupun melalui biaya sendiri bagi yang tersertifikasi.

”Cita-cita saya adalah menjadi Profesor PAI yang benar-benar ahli dan berakhlak mulia, serta menjadi pengarang handal. Pencapaian cita-cita itu sedang dalam proses. Motivasi hidup saya adalah “Sukses terbesar adalah bagaimana menjadikan orang lain lebih sukses dari pada saya dan lebih dekat kepada Allah SWT“. Sedangkan motto hidup saya adalah “Hidup adalah ibadah, maka semua hal harus diniatkan untuk hanya ibadah kepada Allah”, dan “Kalau kita bersandar kepada Allah, maka siap-siaplah untuk bahagia, namun kalau kita bersandar kepada selain-Nya, maka siap-siaplah untuk merana”,” bebernya.

Hingga saat ini, Zuhri mengaku telah menulis 6 buku. Diantaranya, dua buku yang merupakan tulisannya sendiri, dan ada empat buku yang ia edit yang merupakan karya dari dosen-dosen IAI Al-Azhaar Lubuklinggau. Mneurutnya, dunia kepenulisan sangat penting terutama bagi dosen. Karena tanpa menulis kedosenan seseorang tidak dapat dikatakan kurang lengkap. ”Sebenarnya sudah ada 3 buku yang sedang saya garap, tapi karena kesibukan menulis disertasi, buku-buku itu rencananya diterbitkan setelah ujian terbuka selesai, yang insya Allah tahun ini (2019),” katanya.

Apa yang Zuhri raih hingga saat ini tak terlepas dari satu sosok yang menginspirasi dirinya. Adalah KH. Moh. Idris Jauhari (Allahu yarham) yang merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Madura yang hanya tamatan Pondok Modern Gontor Ponorogo Jawa Timur. Namun banyak menghasilkan karya ilmiah yang diakui oleh kalangan perguruan tinggi dan pesantren. ”Beliau adalah salah satu pakar pendidikan pesantren di Indonesia. Namun begitu, beliau adalah seorang Kiai yang sederhana, zuhud dan tawadu’. Itulah yang menjadi alasan saya mengagumi beliau,” jelas Zuhri.

Secara spesifik, Zuhri menyebut tantangan yang ia hadapi sebagai dosen adalah bagaimana menerapkan tridharma perguruan tinggi dengan baik dan seimbang di antara ketiganya. Begitu juga bagaimana seorang dosen selalu menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas internasional, dan itu tidaklah mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Dengan usaha keras dan maksimal hal itu akan tercapai.

”Sebagai seorang rektor kiat-kiat yang saya lakukan untuk menjadi dosen yang baik adalah dengan cara menjadi teladan dan terdepan dalam implementasi tridharma perguruan tinggi. Serta menjadi uswah dalam sikap sehari-hari baik dalam konteks sebagai individu maupun sebagai seorang rector,” katanya mantap.

Sebagai seorang dosen dan rektor strategi yang Zuhri lakukan dalam menghadapi teknologi era revolusi industri 4.0, yaitu dengan cara mengubah caranya mengajar dan bekerja. Dalam konteks perguruan tinggi, sebagai rektor pihaknya mengantisipasi hal tersebut dengan menyiapkan tim Information Technology (IT) yang tangguh bagi kampus secara bertahap dan menyiapkan semua kegiatan kampus berbasis IT.

Zuhri, S.Sos.I, M.Pd.I (kiri)

Tentu dengan transformasi teknologi yang memasuki 4.0, Zuhri juga mengubah cara mengajar yang lebih mengedepankan teknologi seperti  video call, teleconfrence dan menerapkan dalam pembelajaran unles paper secara bertahap.

”Menghadapi mahasiswa yang notebene adalah para milenial adalah dengan cara mendekatkan mereka dengan dunia mereka, yaitu teknologi,” tandasnya.

Ia melanjutkan, metode pembelajaran yang ada dan berjalan sebaiknay bukan diubah, tapi dikembangkan. Tentunya pengembangan itu harus selaras dengan kemajuan teknologi. Contohnya, dosen sudah harus berusaha untuk menghilangkan kertas dari proses pembelajaran, karena 10 dan 20 tahun yang akan datang tidak akan dipakai lagi.

Teknik Zuhri dalam mengajar, semua mengedepankan penggunaan teknologi yang ada dan media sosial. Silabus, kontrak belajar dan kontrak perkuliahan semua ia sampaikan melalui blog yang kemudian bisa didownload oleh mahasiswa kapanpun dan dimanapun. Kemudian tugas-tugas untuk mahasiswa semuanya melalui internet, terutama email.

” Saya menganggap mahasiswa sebagai adik saya sendiri yang perlu kedekatan. Dengan begitu mereka juga dekat serta terbuka terhadap permasalahan yang mereka hadapi. Sehingga mereka mau cerita. Kedekatan itu menjadi jalan sampainya ilmu, pengalaman dan pelatihan serta uswah hasahan yang saya sampaikan dan lakukan. Hal itu merupakan implementasi dari salah satu teori dalam Quantum Teaching yang berbunyi, “Bring Your World to Their World, Than Bring Their World to Your World”,” terangnya.

Pengabdian untuk masyarakat yang telah ia lakukan lebih banyak diisi dengan ta’lim rutin di masjid-masjid ceramah, bimbingan dan pemberian motivasi. Serta inovasi yang sudah ia buat adalah sebuah konsep kurikulum pesantren yang ia tuangkan dalam judul buku, “Convergentive Design Kurikulum Pendidikan Pesantren (Konsepsi dan Aplikasinya)” yang diterbitkan Deepublish.

Zuhri berharap, IAI Al-Azhaar ke depan bisa menjadi pilihan utama masyarakat Kota Lubuklinggau, Musi Rawas dan Muratawa dalam melanjutkan studinya ke tingkat pendidikan Tinggi. Karena di IAI Al-Azhaar jurusan dan prodinya sudah beragam dan hampir merata dalam berbagai ilmu.

”Yang harus ditingkatkan adalah kualitas dari implementasi tridharma perguruan tinggi, dan yang perlu diperbaiki adalah beberapa sarana dan prasarana yang kurang memadai dan tidak layak,” pungkasnya. (duniadosen.com/ta)

2 thoughts on “Zuhri, Cita-cita Guru dan Jadi Dosen Adalah Anugerah”

    1. terima kasih atas kunjungannya ke website duniadosen.

      kami tunggu partisipasi anda Bapak/Ibu dosen untuk memberikan sharing informasi terkait dunia perdosenan maupun opini.

      salam,
      tim duniadosen.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RELATED POST

about

Get Started

Hubungi kami

Jl. Rajawali, Gg. Elang 6, No.2 Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I.Yogyakarta 55581

Email : [email protected]

Telpon : 081362311132